sir allah dzat allah sifat allah wujud allah

Dalamilmu tauhid dinyatakan bahwasifat Mustahil Allah swt ada tiga belas, yaitu: 'adam, tidak ada; Hudus, permulaan; Fana', rusak; Mumasalatu lil-hawadisi, menyerupai makhluk; Qiyamuhu bigairihi, membutuhkan sesuatu selain dirinya; Ta'adud, lebih dari satu; A'jzun, lemah; Karahah, terpaksa; Jahlun, bodoh; Mautun, mati; Summun, tuli 'umyun, buta; Bukmun, bisu; Sifat Jaiz Allah swt Menurutseorang pakar Leksikografi/Linguistik Arab yang bernama Louis Ma'luf, seorang Arab Kristen Katholik asal Lebanon dalam karyanya yang berjudul Kamus al-Munjid fil Lughah wal 'Alam halaman 16 (terbitan Lebanon: Dar al-Masyriq, 1986), beliau mengatakan bahwa Allah: ismu al-Dzat al-Wajib-ul-Wujud (Allah itu adalah suatu nama dzat Yang Maha Ada yang menyebabkan segala sesuatu menjadi ada (the name of the dzat as Causa Prima). Teks ayat yang berisi "Allah wujud" tidak ada dalam Alquran. — Bagi kaum muslimin, seluruh Alquran adalah dalil bahwa Allah wujud. — Bagi non-muslim, seluruh Alquran bukan dalil untuk apa pun. — Alquran tidak membahas tentang makna ontologis kata wujud apakah merupakan dzat ataukah sifat bagi dzat. Semoga bermanfaat. SifatMa'any adalah sifat-sifat yang menunjukkan adanya kesempurnaan pada dzat Allah swt. Seperti Qudrat (berkuasa), artinya Allah swt berkuasa terhadap apapun. Dia mampu mewujudkan dan meniadakannya. Sifat Ma'any ada tujuh sifat, yaitu: 1) Qudrat, 2) Iradat, 3) Ilmu, 4) Hayah, 5) Sama', 6) Bashar dan 7) Kalam. Allahberfirman tentang hal ini, yang artinya: "Telah dekat (datangnya) saat (Kiamat) dan telah terbelah pula bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrik) melihat suatu tanda (mu'jizat), mereka berpaling dan berkata: " (Ini adalah) sihir yang terus-menerus. " (Al Qomar 1-2) Tanda-tanda yang diberikan Allah, yang dapat dirasakan oleh Le Meilleur Site De Rencontre 100 Gratuit. Al-Wakil yaitu Allah SWT yang memelihara dan mengurusi segala kebutuhan makhluk-Nya, baik itu dalam urusan dunia maupun urusan Allah dalam Al-Qur’an surat Az-Zumar ayat 62 اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌArtinya “Allah SWT pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala sesuatu.”Semoga membantu Alkisah, tatkala Nabi Musa AS datang untuk bermunajat kepada Allah swt pada waktu yang telah ditentukan, dan Allah swt pun telah berbicara secara langsung dengannya, tiba-tiba timbul keinginan beliau untuk dapat melihat secara langsung kepada Allah swt. Namun, karena ketidakberdayaan dirinya berhadapan dengan Dzat Allah, keinginan tersebut tidak bisa terwujud, meskipun Allah swt telah memenuhi keinginannya. Hal ini sebagai-mana dijelaskan di dalam al-Qur’an sebagai berikut وَلَمَّا جَآءَ مُوسَىٰ لِمِيقَـٰتِنَا وَكَلَّمَهُ ۥ رَبُّهُ ۥ قَالَ رَبِّ أَرِنِىٓ أَنظُرۡ إِلَيۡكَ‌ۚ قَالَ لَن تَرَٮٰنِى وَلَـٰكِنِ ٱنظُرۡ إِلَى ٱلۡجَبَلِ فَإِنِ ٱسۡتَقَرَّ مَڪَانَهُ ۥ فَسَوۡفَ تَرَٮٰنِى‌ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُ ۥ لِلۡجَبَلِ جَعَلَهُ ۥ دَڪًّ۬ا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقً۬ا‌ۚ فَلَمَّآ أَفَاقَ قَالَ سُبۡحَـٰنَكَ تُبۡتُ إِلَيۡكَ وَأَنَا۟ أَوَّلُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ -١٤٣- Dan tatkala Musa datang untuk mu-najat dengan Kami pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman langsung kepadanya, berkatalah Musa “Ya Tuhanku, nampakkanlah diri Engkau kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya sebagai sediakala niscaya kamu dapat melihat-Ku”. tatkala Tuhannya Menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, Dia berkata “Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman”. QS al-A’raf 143 Kasus yang pernah dialami oleh Nabi Musa AS di atas menegaskan bahwa wujud Allah adalah bersifat ghaib dan oleh karenanya manusia tidak akan pernah bisa melihat Allah swt, sebagai-mana firman Allah berikut لَّا تُدۡرِڪُهُ ٱلۡأَبۡصَـٰرُ وَهُوَ يُدۡرِكُ ٱلۡأَبۡصَـٰرَ‌ۖ وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلۡخَبِيرُ -١٠٣- Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dia-lah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui. QS al-An’am 103 Pada masa Rasulullah saw, beberapa sahabat Nabi pernah memikirkan tentang Dzat Allah swt. Tetapi, Nabi segera menegur mereka, beliau bersabda تَفَكَّرُوا فِي خَلْقِ اللَّهِ وَلَا تَفَكَّرُوا فِي اللَّهِ – رواه الطبراني Pikirkankanlah ciptaan Allah dan jangan kamu memikirkan Dzat Allah. HR Thabrani Oleh karena wujud Allah yang tidak tampak tersebut, banyak manusia tidak mempercayai akan keberadaan-Nya. Mereka mengingkari-Nya dengan alasan karena mereka tidak dapat menangkap keberadaan Allah dengan indera mereka. Mereka bahkan menuduh orang-orang yang meyakini keberadaan Allah sebagai orang-orang yang bodoh, penghayal, tidak ilmiah dan tuduhan-tuduhan lain yang sangat menyakitkan yang dialamatkan kepada orang-orang yang beriman kepada keberadaan Allah swt. Sejatinya orang-orang yang hanya mempercayai sesuatu yang dapat ditangkap oleh indera manusia terbantahkan oleh kenyataan mereka sendiri. Misalnya, mereka mempercayai adanya kekuatan gravitasi meskipun mereka tidak pernah melihat keberadaannya secara inderawi. Mereka juga mempercayai adanya rasio meskipun tidak pernah terlihat wujudnya melainkan hanya hasil yang ditimbulkannya. Mereka juga mempercayai adanya kekuatan magnet karena adanya daya tarik menarik antara satu besi dengan besi lainnya tanpa pernah melihat wujudnya secara inderawi. Mereka juga mempercayai adanya elekton dan neutron bukan karena mereka pernah melihatnya secara inderawi melainkan karena adanya tanda-tanda yang membuktikan keberadaannya, dan lain-lain. Jadi, semestinya orang-orang yang mengingkari keberadaan Allah swt dengan alasan mereka tidak pernah melihat-Nya secara inderawi harus pula mengingkari benda-benda lain yang juga tidak pernah mereka lihat. Memang, alat inderawi adalah salah satu perangkat yang dapat dipergunakan untuk membuktikan keberadaan sesuatu. Tetapi, ia bukan satu-satunya, melainkan masih banyak perangkat lain yang dapat dijadikan sarana untuk membuktikan adanya sesuatu. Dalam hal keberadaan Allah, terdapat tiga bukti dalil yang bisa mendukung dan menguatkannya. Dalil itu adalah Dalil Fitrah, Dalil Akal Aqli dan Dalil Wahyu Naqli. Dalil Fitrah Pada dasarnya benih keyakinan terhadap wujud Allah merupakan fitrah atau sesuatu yang bersifat kodrat yang dibawa oleh manusia seiring kelahirannya di alam dunia. Hal ini diakui oleh beberapa pakar dari berbagai kalangan, di antaranya Ali Issa Othman, yang menjelaskan bahwa arti fitrah tidak lain adalah inti dari sifat alami manusia, yang secara alami pula ingin mengetahui dan mengenal Allah swt Ali Issa Othman, Manusia Menurut al-Ghazali 28. Mircea Eliade, yang menyebutnya sebagai homo religious atau naturalier religiosa makhluk beragama. Danah Zohar dan Ian Marshal yang menamakannya dengan istilah God Spot atau Titik Tuhan Danah Zohar, Ian Marshall, SQ Spiritual Intelligence – The Ultimate Intelligence, 2000 79. Sayid Sabiq, yang menyebutnya dengan istilah Ghorizah Diniyah. insting keberagamaan Anasirul Quwwah fil Islam 11. Yasien Muhammad, yang menerangkan bahwa karena fitrah Allah dimasukkan dalam jiwa manusia, maka manusia terlahir dalam keadaan dimana tauhid menyatu dengan fitrah. Yasien Muhammad 21. وَإِذۡ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمۡ ذُرِّيَّتَہُمۡ وَأَشۡہَدَهُمۡ عَلَىٰٓ أَنفُسِہِمۡ أَلَسۡتُ بِرَبِّكُمۡ‌ۖ قَالُواْ بَلَىٰ‌ۛ شَهِدۡنَآ‌ۛ أَن تَقُولُواْ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ إِنَّا ڪُنَّا عَنۡ هَـٰذَا غَـٰفِلِينَ -١٧٢- Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab “Betul Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi”. Kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan “Sesungguhnya kami Bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini keesaan Tuhan”. QS al-A’raf 172 Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap manusia sejak masih berada dalam alam ruh arwah telah ditanamkan benih iman, kepercayaan dan penyaksian syahadah terhadap keberadaan Allah SWT. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ البخاري Semua bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, ibu bapaknyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi. HR. al-Bukhari. Jadi, Allah menciptakan manusia disertai dengan berbagai macam naluri, termasuk naluri bertuhan, naluri beragama, yaitu Agama Tauhid. Jika ada manusia yang mengingkari adanya Tuhan atau tidak beragama Tauhid, maka dia telah menyalahi fitrahnya sendiri yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan terutama kedua orang tuanya. Dan pada dasarnya para Rasul Allah diutus di muka bumi ini hanyalah dalam rangka untuk mengingatkan manusia akan fitrahnya tersebut. Gejala adanya Fitrah ini secara universal dapat diamati cukup signifikan diantaranya pada dua fenomena berikut Pertama, dalam sepanjang sejarah perjalanan hidup manusia dari dahulu hingga saat ini umat manusia tidak bisa dilepaskan dari kehidupan keagamaan. Hubungan manusia dengan Tuhan dapat dilihat dari kehidupan keberagamaan yang paling sederhana hingga kehidupan keberagamaan yang paling komplek sekalipun, walaupun dalam perjalanannya banyak terjadi penyimpangan. Hal ini membuktikan bahwa peran Tuhan dalam kehidupan manusia sangat dominan. Penelusuran tentang sejarah pengembaraan manusia dalam pencarian menggapai Tuhan, dapat ditemukan dalam buku Karen Amstrong A History of God 4000 Year Quest of Judaism, Christianity, and Islam Sejarah Tuhan 4000 Tahun Pengembaraan Manusia Menuju Tuhan. Kedua, tatkala seseorang mengalami suatu kondisi yang mencekam, misalnya sedang berada di tengah ombak lautan yang bergulung-gulung atau sedang mengalami terpaan musibah yang bertubi-tubi. Disaat itulah naluri ketuhanannya akan muncul, tanpa disadari ia akan meng-ucapkan “Tuhan, tolonglah aku”. Hal ini dijelaskan Allah swt dalam al-Qur’an sebagai berikut وَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ [يونس 12] Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri. Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia kembali melalui jalannya yang sesat, seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk menghilangkan bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan. QS Yunus 12 Dalil Akal Aqli Renungan manusia dengan menggunakan akal fikiran yang bersih dan kritis disertai dengan pengamatan intuisi yang halus dan tajam pasti akan membuahkan hasil semakin bertambah kuat keyakinannya belief bahwa sesungguhnya jagat raya beserta seluruh isinya ini adalah makhluk Allah, yang diciptakan oleh Sang Maha Pencipta dengan penuh perencanaan dan bertujuan. Untuk membuktikan keberadaan Tuhan dengan dalil akal dapat digunakan dengan melalui dua pendekatan, yakni Pendekatan Hukum Akal dan Pendekatan Fenomenologis. Pertama Pendekatan Hukum Akal Pendekatan ini dikemukakan oleh Prof. Dr. Yunahar Ilyas, Lc. dalam bukunya “Kuliah Aqidah”. Beliau menyebutkan empat macam hukum akal yang dapat dijadikan sebagai dalil wujud Allah swt. Keempat hukum akal tersebut adalah Hukum Sebab Qanun al-’Illah Segala sesuatu, pasti ada sebabnya. Setiap ada perubahan tentu ada yang menjadi sebab terjadinya perubahan itu. Begitu juga sesuatu yang ada tentu ada yang mengadakannya. Sesuatu, menurut akal, mustahil ada dengan sendirinya. Maka, alam raya ini pun pasti ada yang mengadakannya. Itulah Tuhan Yang Maha Pencipta Segala Sesuatu. Hukum Wajib Qanun al-Wujub Wujud segala sesuatu tidak bisa terlepas dari salah satu di antara tiga kemungkinan wajib ada, mustahil ada, atau mungkin ada. Tentang alam semesta, adanya tidaklah wajib dan tidak pula mustahil, tetapi bersifat mungkin. Ia mungkin ada dan mungkin tidak ada. Karena alam ini bersifat mungkin, maka ia mustahil diadakan oleh dirinya sendiri yang bersifat mungkin, karena sesuatu yang mungkin adanya mustahil akan mengadakan sesuatu yang mungkin menjadi ada, tetapi ia harus diadakan oleh kekuatan diluar dirinya yang bersifat wajib adanya, dan itulah yang disebut Tuhan yang bersifat wajib adanya wajibul wujud Qanun al-Huduts Huduts artinya baru. Alam semesta seluruhnya adalah sesuatu yang hadits baru, ada awalnya, bukan sesuatu yang qadim tidak berawal. Kalau hadits, tentu ada yang mengadakannya. Dan yang mengadakan itu tentulah bukan yang bersifat hadits tetapi haruslah yang bersifat qadim. Dan itulah Tuhan Yang Maha Qadim Qanun an-Nizham Nizham artinya aturan, teratur. Alam semesta dengan seluruh isinya seperti matahari, bulan, bintang dan planet-planet lainnya termasuk bumi dengan segala isinya adalah segala sesuatu yang “sangat teratur”. Sesuatu yang teratur tentu ada yang mengaturnya, mustahil menurut akal semuanya itu teratur dengan sendirinya secara kebetulan. Kedua Pendekatan Fenomenologis Pendekatan ini disampaikan oleh Sa’id Hawwa dalam buku Allah Jalla wa Jalaluhu. Pendekatan fenomenologis adalah pembuktian tentang keberadaan Tuhan dengan mengacu kepada rahasia-rahasia fenomena yang terjadi di alam semesta. Fenomena yang terjadi di alam semesta ini dari makhluk yang terkecil sampai alam yang membentang luas, semuanya menyingkapkan rahasia akan keberadaan Tuhan. Menurut Said Hawa, ada sembilan fenomena yang dapat dijadikan dalil akan keberadaan Tuhan. Berikut ini kami nukilkan secara ringkas sembilan feno-mena tersebut Fenomena Huduts-nya Alam. Sebagaimana diakui oleh para ilmuwan, alam raya ini bersifat baru, artinya ia bermula dari tiada lalu menjadi ada. Adanya Hukum Panas, Hukum Gerakan Elektron, dan Energi Matahari, semuanya telah memberikan bukti yang amat jelas terhadap fenomena ini. Matahari yang membakar, bintang-bintang yang menghiasi langit, dan bumi yang kaya dengan bermacam-macam kehidupan semuanya manjadi bukti jelas bahwa dasar alam ini berkaitan dengan masa yang dimulai pada suatu waktu tertentu. Karena itu, ia adalah bagian dari materi yang huduts baru. Itu artinya pastilah ada sang Pencipta yang azali bagi alam semesta ini yang tidak berawalan. Dia memiliki kekuatan menciptakan segala sesuatu. Seorang ilmuwan Barat, Erving William, mengatakan “Astronomi, misalnya, menunjukkan bahwa alam semesta ini memiliki awalan pada masa lampau dan sedang bergerak ke arah akhir yang sudah pasti. Tidak sejalan dengan ilmu pengetahuan jika kita menyakini bahwa alam semesta ini adalah azali, yang tidak mempunyai awalan, atau abadi, tanpa akhiran, karena ia berdiri di atas dasar perubahan yang terus menerus” Dalam hal ini Allah ta’ala berfirman خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ 35 أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بَلْ لَا يُوقِنُونَ [الطور 35 ، 36] Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan diri mereka sendiri? Ataukah mereka yang telah menciptakan langit dan bumi itu bahkan mereka tidak meyakini. QS at-Thur 35-36 Fenomena Iradah Kehendak Sudah menjadi aksioma bagi akal, bahwa sesuatu yang tersusun rapi tentu ada ilmu, kehendak, kemampuan, dan kehidupan. Di mana pun ada sifat-sifat semacam itu, tentu ada Zat yang dapat memanifestasikannya. Matahari, misalnya, adalah salah satu diantara benda-benda angkasa yang mempunyai keistimewaan dan hukum yang khas. Matahari sebagai pusat perputaran di antara bintang-bintang yang berputar secara teratur, termasuk bumi yang sedang kita tempati sekarang ini, tentu tidak bergerak dengan sendirinya, tetapi atas kehendak Zat Yang Maha Berkehendak. Begitu juga manusia, dengan mekanisme yang luar biasa, pabrik yang menakjubkan, pemilik pencernaan dan pemilik sistem pembuangan; Pohon dengan akar dan kulit, pokok pohon dengan getah yang naik turun dan proses yang terjadi seperti fotosintetis, interaksi, formasi dan produksi dalam berbuah dan berbunga; alam atom dengan apa yang di dalamnya mengandung kekuatan, gerakan, dan persenyawaan serta apa-apa yang dihasilkan darinya melalui reaksi-reaksi. Bukankah semua ini menunjukan adanya kehendak yang agung yang bersumber dari Zat Maha Pintar dan Maha Bijaksana. Dia berkehendak menentukan segala sesuatu sebagai ketetapan terbaik. نَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ 82 فَسُبْحَانَ الَّذِي بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ 83 [يس 82 ، 83] Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya “Jadilah!” maka terjadilah ia. Maka Maha Suci Allah yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan. Qs. Yasin 82-83 Fenomena Hidup Sungguh menakjubkan ketika kita melihat dengan mata kepala kita sendiri pada organ-organ tubuh yang terdapat pada makhluk hidup dan akan bertambah takjub ketika melihat lebih teliti lagi akan ketepatannya, kerjasama di antara bagian-bagiannya, kolaborasi akan tugas-tugasnya, sirkulasi di antara beberapa faktor pertumbuhan sesuai dengan proporsi yang dibutuhkan, sesuai dengan umur, spesies, dan kelompok masing-masing. Hal tersebut terjadi baik dalam tubuh manusia, tubuh hewan, tubuh serangga, maupun tubuh tumbuh-tumbuhan. Lebih menakjubkan lagi jika mengetahui melalui mikroskop dan analisis tentang apa-apa yang tersusun dari organ-organ tersebut atas kerjasama yang unik tentang tugas-tugas organ. Di atas bumi ini terdapat miliaran makhluk hidup dan setiap satu dari mereka mengundang rasa takjub yang tidak ada habis-habisnya. Jumlah yang bermiliaran itu terbagi menjadi ribuan jenis dan spesies. Setiap jenis dan spesies mempunyai keistimewaannya sendiri-sendiri, kelebihan, bentuk tubuh, cara makan, cara hidup dan masing-masing mempunyai kerumitan hidup sendiri. Seluruhnya tersedia rezeki dan dan makanan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Perkembangan hidup ini tidak dapat dijelaskan kecuali dengan keberadaan Allah. Adanya segala jenis spesies tidak dapat ditafsirkan tanpa adanya Allah. Juga, segala sesuatu yang menyangkut keajaiban makhluk hidup tidak dapat dijelaskan tanpa keberadaan Allah. Setiap bagian terkecil dari semua ini menunjukkan tanda-tanda keberadaan Allah. الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ [الملك 2 Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun QS al-Mulk 2 Bagaimanapun pintarnya manusia, ia tak akan sanggup menciptakan seekor lalat pun. Allah swt berfirman يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ [الحج 73[ Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, Maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, Tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah pulalah yang disembah. al-Hajj 73 Fenomena Istijabah Do’a Banyak kejadian yang dialami manusia mempunyai hubungan erat dengan fenomena istijabah pengabulan do’a. Dalam berbagai kesempatan, kita dapat menemukan pertolongan yang tidak disangka-sangka atau terkabulnya do’a yang terjadi tidak biasa. Secara sekilas, manusia merasakan adanya pengaruh kekuasaan Allah dengan dikabulkan do’anya. Kejadian semacam ini membuktikan keberadaan Allah azza wa jalla. Allah swt berfirman أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ [النمل 62 Atau siapakah yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu manusia sebagai khalifah di bumi. Apakah disamping Allah ada Tuhan yang lain? Amat sedikitlah kamu mengingati-Nya. QS an-Naml 62 Fenomena istijabah terkabulnya do’a ini akan selalu terjadi setiap kali syarat-syaratnya terpenuhi. Yang paling jelas dalam hal ini adalah do’a istisqo’ do’a minta hujan, di mana kaum muslimin mengadukan kepada Allah keadaan mereka di musim paceklik, dan seringkali permohonannya terkabul. Hal ini menunjukkan sejelas-jelasnya bahwa ada wujud tertentu yang mempunyai Zat Mahatinggi, selalu mendengar seruan do’a seseorang, memperhatikan permohonan do’anya, dan apabila Dia menghendaki, dikabulkan do’a orang tersebut, kapan saja dan dengan cara apa saja, baik ia seorang muslim maupun Narasumber utama artikel ini Zaini Munir Fadloli Sebagai umat islam, sudah tentu kita harus mempelajari tentang ilmu ketauhidan. Hal-hal yang berkaitan dengan rukun iman, rukun Islam, dan Iman dalam Islam. Selain itu juga harus mengetahui sifat-sifat Allah Ta’ala. Menurut ulama, sifat wajib Allah Ta’ala sebernarnya sangatlah banyak sebab Allah Maha Sempurna. Namun berdasarkan dalil-dalil baik dalil naqli atau aqli, sifat yang diketahui secara umum berjumlah 20 berikut ini sifat-sifat Allah dan artinyaWujud = AdaSifat Allah Ta’ala yang pertama adalah wujud yang berarti Ada. Maksudnya Allah itu zat yang pasti ada. Dia berdiri sendiri, tidak diciptakan oleh siapapun. Dan tidak ada Tuhan selain Allah Ta’ adanya Allah adalah terciptanya alam semesta dan juga makhluk hidup. Hal ini juga dijelaskan dalam ayat-ayat di Al-Quran“Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy. Tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang penolongpun dan tidak pula seorang pemberi syafa’at 1190. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” QS. As-Sajdah 4“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku“. QS. Thaha 14Qidam = TerdahuluAllah Ta’ala juga memiliki sifat Qidam yang berarti terdahulu. Dialah Sang Pencipta yang menciptakan alam semesta berserta isinya. Sebagai pencipta tentunya Allah telah ada lebih dahulu dari apapun yang diciptakannya. Tidak ada pendahulu atau permulaan bagi Allah Ta’ Al-Quran dijelaskan“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” 3Baqa’ = KekalBaqa’ berarti kekal. Maksudnya Allah itu Maha Kekal. Tidak akan punah, binasa ataupun mati. Tiada akhir bagi Allah Ta’ala. Dia akan tetap ada selamanya. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabbmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” QS. Ar-Rahman 26-27“Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. BagiNya-lah segala penentuan, dan hanya kepadaNya-lah kamu dikembalikan.” QS. Al-Qasas 88Mukholafatul Lilhawaditsi = Berbeda dengan makhluk ciptaanNyaAllah Ta’ala sudah pasti berbeda dari makhluk ciptaanNya. Dialah dzat yang Maha Sempurna dan Maha Besar. Tidak ada sesuatu pun yang menandingi atau menyerupai keagunganNya. Ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran“Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” QS. Al-Ikhlas 4“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.”. QS. Asy-Syura 11Qiyamuhu Binafsihi = Berdiri sendiriAllah itu berdiri sendiri. Allah Ta’ala tidak bergantung pada apapun dan tidak membutuhkan bantuan al-Qur’an Allah berfirman“Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu dari alam semesta.” QS. Al-Ankabut 6“Dan katakanlah segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” QS. Al-Isra 111Wahdaniyah = Esa/TunggalAllah itu maha Esa atau Tunggal. Maksudnya Tidak ada sekutu bagiNya . Dialah satu-satunya Tuhan pencipta alam semesta. Bukti keesakan Allah terletak dalam kalimat syahadat “Laa ilaha Illallah” yang artinya “ Tiada Tuhan selain Allah”Dijelaskan juga dalam FirmanNya di Al-Quran“Katakanlah Dialah Allah, Yang Maha Esa.” QS. Al-Ikhlas 1“Sekiranya ada di langit dan di bumi Tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” QS. Al-Anbiya 22Qudrat = BerkuasaQudrat berarti Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada yang bisa menandingi kekuasaan Allah Ta’ala. Dijelaskan dalam Al-Quran“Sesungguhnya Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu.” QS. Al-Baqarah 20Iradat = BerkehendakIradat adalah sifat Allah Ta’ala yang berarti berkehendak. Maksudnya Allah itu maka menentukan segala sesuatu. Apabila Allah berkehendak maka jadilah hal itu dan tidak seorang pun mampu mencegahNya.“Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki yang lain. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.” QS. Hud 107“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya “Jadilah!” maka terjadilah ia.”QS. Yasiin 82Ilmun = Mengetahuiilmun artinya mengetahui. Maksudnya Allah Ta’ala Maha Mengetahui atas segala sesuatu. Baik yang tampak ataupun disembunyikan. Dalam Al-Quran dijelasakan“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” QS. Qaf 16Hayat = HidupAllah Ta’ala Maha Hidup. Tidak akan prnah mati, binasa ataupun musnah. Dia kekal selama-lamanya. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran“Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya. Tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka. Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” QS. Al-Baqarah 255“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup kekal Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya.” QS. Al-Furqon 58Sama’ = MendengarAllah Maha Mendengar. Baik yang diucapkan ataupun yang disembunyikan dalam hati, Allah mengetahui. Pendengaran Allah Ta’ala meliputi segala sesuatu. Sebagaimana firmanNya dalam Al-Quran“Dia Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan pula, dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”Asy-syuro 11“Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” QS. Al-Maidah 76Bashar = MelihatBashar artinya melihat. Maksudnya Allah itu Maha Melihat segala sesuatu. Pengelihatan Allah tidak terbatas, Dia mengetahui apa-apa yang terjadi di dunia ini. Walaupun hanya sehelai daun yang jatuh.“Dan Allah Maha Melihat atas apa yang kamu kerjakan.” QS. Al-Hujarat 18“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis pun memadai. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.” QS. Al-Baqarah 265Kalam = BerfirmanAllah itu berfirman. Dia bisa berbicara atau berkata-kata secara sempurna tanpa bantuan dari apapun. Terbukti dari adanya firmanNya dalam kitab-kitab yang diturunkan lewat para nabi. Salah satu Nabi yang pernah berbicara langsung dengan Allah Ta’ala adalah Nabi Musa alaihissalam. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran“Dan tatkala Musa datang untuk munajat dengan Kami pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman langsung kepadanya.” QS. Al-A’raf 143“Dan ada beberapa rasul yang telah Kami kisahkan mereka kepadamu sebelumnya, dan ada beberapa rasul lain yang tidak Kami kisahkan mereka kepadamu. Dan kepada Musa Allah telah berfirman secara langsung.” QS. An-Nisa’ 164Qadiran = BerkuasaQadiran berarti berkuasa. Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran“Hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali sinaran itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” QS. Al-Baqarah 20Muridan = BerkehendakAllah Maha Berkendak atas segala sesuatu. Bila Allah sudah menakdirkan suatu perkara maka tidak ada yang bisa menolak kehendakNya. Dalam Al-Qran dijelaskan“Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki yang lain. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.” 107Aliman = MengetahuiAllah Maha mengetahui segala sesuatu, baik yang ditampakkan ataupun disembunyikan. Tidak ada yang bisa menandangi pengetahuan Allah yang Maha = HidupHayyan berarti hidup. Allah Maha hidup. Tidak mungkin bagi Allah Ta’ala untuk binasa. Dia selalu mengawasi hamba-hambaNya, tidak pernah lengah ataupun tidur.“Dan bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup, yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hamba-hamba-Nya.” QS. Al-Furqon 58Sami’an = MendengarSami’an juga berarti mendengar. Allah itu Maha pendengar. Tidak ada yang terlewatkan bagi Allah dan tidak ada pula yang melampui = MelihatBashiran juga berarti melihat. Pengelihatan Allah meliputi segala hal, baik yang diterlihat ataupun yang = Berfirman atau Berkata-kataSama halnya dengan kalam, mutakalliman juga berarti Allah itu berfirman. Firman Allah terwujud dalam kitab-kitab suci yang diturunkanNya lewat para nabi. Firman Allah begitu sempurna dan tidak ada yang penjelasan tentang sifat-sifat Allah dan juga bisa mempelajari sifat mustahil bagi Allah dan dengan mengetahui tentang sifa-sifat Allah dan 99 asmaul husnabisa menjadi cara meningkatkan iman dan taqwa. Selain itu kita juga wajib mengamalkan Hubungan Akhlak Dengan Iman Islam dan Ihsan dan Hubungan Akhlak dengan Iman sebagai bentuk cara bersyukur menurut islam. Amin ya Rabbal Alamin. Sifat Wujud Ada Sifat Nafsiah فَاللهُ مَوْجُوْدٌ قَدِيْمٌ بَاقِيْ مُخَالِفٌ لِلْخَلْقِ بِاْلإِطْلاَقِ “Maka Allah SWT adalah Dzat yang bersifat Wujud Ada, Qadim tidak ada permulaan-Nya, Kekal, dan berbeda dengan makhluk secara mutlak” Syarh Penjelasan Dzat disana bukanlah dzat dalam lisan orang indonesia yang mempunyai arti materi datu benda, akan tetapi Dzat disana adalah Dzat dalam lisan orang arab yang mempunyai arti “Dirinya sendiri”, “Haqiqat-nya” karena Allah ada tanpa membutuhkan bentuk, tempat dan tidak membutuhkan makhluqnya, karena semuanya adalah ciptaanya dan Allah berdiri sendiri tanpa ada yang menciptakan dan tidak membutuhkan pertolongan makhluqnya. Sifat wajib Allah SWT yang dua puluh tersebut yang pertama adalah sifat Nafsiyah Wujud Sifat Wujud Ada Allah SWT adalah Tuhan yang wajib kita sembah itu pasti ada. Allah SWT, ada tanpa ada perantara sesuatu dan tanpa ada yang mewujudkan. Firman Allah SWT إِنَّنِي أَنَا اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلاَةَ لِذِكْرِي سورة طه،١٤ “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan yang hak selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. QS. Thaha 14”. Adanya alam semesta beserta isinya merupakan tanda bahwa Allah SWT ada. Dialah yang menciptakan jagat raya yang menakjubkan ini. Sifat Wujud pengertiannya tetapnya sesuatu dan pasti adanya, sifat wujud ini wajib bagi Alloh Ta’ala Dzatnya bukan Illat Pengaruh Luar maksudnya bahwa selain Alloh Makhluk tidak dapat mempengaruhi adanya Allah. Adapun sifat wujud tanpa Dzat itu terjadi seperti keberadaan kita yaitu melalui perbuatan Alloh Ta’ala. Adapun bukti adanya Allah yaitu adanya makhluk ini, jika Allah SWT tidak ada, maka tidak akan ada satu makhlukpun. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku”. QS. Thaha 14 dan firman Alloh Ta’ala, “Tidaklah mereka memikirkan tentang kejadian diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan kebenaran dan waktu yang ditetapkan. Dan sesungguhnya kebanyakan diantara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya”. QS. Ar Rum 8 Seorang badui ditanya tentang bukti adanya Allah. Dia menjawab kotoran unta itu menunjukkan adanya unta dan kotoran hewan teletong jawa menunjukkan adanya hewan keledai dan bekas kaki itu menunjukkan adanya orang yang berjalan, maka langit itu mempunyai bintang dan bumi mempunyai jalan yang terbentang dan laut mempunyai ombak yang bergelombang, apakah semua itu tidak menunjukkan atas adanya pencipta yang bijak, lagi Maha Berkuasa dan Maha Mengetahui?. Kebalikan sifat ini adalah sifat adam العدم yakni Allah SWT mustahil tidak ada. ——- Jangan lupa Like us on Facebook –> Kitab Kuning

sir allah dzat allah sifat allah wujud allah